Selasa, 06 Februari 2018

Soeharto 'Antara Korban&Pelaku'

D  I  K  H  I  A  N  A  T  I

Empat belas tahun setelah Tragedi Tanjung Priok berdarah dan kasus Peledakan  BCA 1984, Presiden Soeharto lengser pada 21 Mei 1998. Disamping mewariskan pembangunan fisik yang bernilai positif bagi bangsa, rezim ini juga mewariskan  kelemahan mentalitas bangsa seperti tradisi korup serta hidup mewah dikalangan elite. Untuk bisa hidup mewah, elite penguasa mempraktekkan KKN dengan pengusaha besar, melupakan kepentingan rakyat yang berakibat melebarnya jurang antara yang kaya dengan rakyat jelata yang semakin hari  kian bertambah miskin.

Selama berkuasa, Presiden Soeharto memprioritaskan pertumbuhan ekonomi nasional, economic growth, yang mengacu pada percepatan kenaikan GNP (gross national product). Presiden menelantarkan perkembangan  ekonomi nasional, economic development, yang mengembangkan potensi ekonomi masyarakat dalam rangka pemerataan pendapatan nasional.

Kebijakan mengejar pertumbuhan ekonomi melalui industrialisasi besar besaran yang memerlukan modal besar, menyebabkan Presiden Soeharto memanjakan pengusaha pengusaha besar (yang umumnya WNI keturunan) dengan berbagai kemudahan kredit ratusan triliun rupiah dari Bank Indonesia, yang kita kenal sebagai KLBI (Kredit Likiditas Bank Indonesia), dan juga membiarkan konglomerat itu meminjam uang besar besaran dari luar negeri.

Kebijakan kredit besar besaran kepada konglomerat inilah yang terbukti menghancurkan perekonomian nasional. Ketika terjadi krisis moneter, keuangan negara kosong karena dana milik negara sudah disalurkan sebagai KLBI kepada konglomerat. Para konglomerat apatriotik yang mendapat kepercayaan dana kredit raksasa justru memindahkan dana yang dikuasainya itu keluar negeri, hal  inilah yang menyebabkan krisis moneter di Indonesia menjadi paling parah.

Pada medio 1996 terjadi pemindahan lebih dari US$ 100 milyar milik swasta dari bank bank di Indonesia ke bank bank yang ada di Singapura, yang menjadi penyebab melambungnya harga dollar dan merosotnya nilai rupiah. Krisis moneter ini berlanjut menjadi krisis ekonomi dan politik yang menyebabkan rezim Orde Baru runtuh. Ini menunjukkan bahwa para konglomerat itu tahu bahwa krisis akan terjadi, lalu ia memindahkan kekayaannya ke Singapura. Ini berarti para konglomerat itu telah mengkhianati Presiden Soeharto, meninggalkan Presiden Soeharto sendirian dihujat bangsanya karena selama berkuasa memanjakan para konglomerat tersebut.

Di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto sebagai Bapak Pembangunan sebelum krisis moneter, para konglomerat Indonesia membanggakan diri sebagai motor pembangunan ekonomi nasional, tetapi ternyata pondasi ekonomi itu keropos. Data ekonomi makro Indonesia akhir 1995 menunjukkan bahwa walaupun GNP Indonesia masih lebih baik dari China dan Vietnam, tetapi potensi konflik sudah terakumulasi karena kesenjangan ekonomi di berbagai komponen bangsa teramat besar, justru karena pemerintah menganak-emaskan konglomerat dan tidak memberdayakan ekonomi rakyat. Kesenjangan itu terjadi antara pelaku ekonomi nasional dengan pelaku ekonomi asing. Antara golongan kaya dengan golongan miskin, teristimewa antara pribumi dengan non pribumi.

Sumber:
Kasus Peledakan BCA 1984
Rachmat Basoeki Soeropranoto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

If not me

Jika bukan aku, Sama sekali tak masalah bagiku. Kan kau sudah dewasa, tentu kau yang paling tau apa yang terbaik untukmu. Aku hanyalah ops...