Selasa, 06 Februari 2018

SEJARAH KEPEMIMPINAN ALI SADIKIN

Kisah-kisah Kerasnya Gubernur Jakarta Ali Sadikin
.

Salah satu karakter kepemimpinan Gubernur Jakarta periode 1966-1977, Ali Sadikin adalah tegas dan keras. Bahkan itu menjadi salah satu alasan utama dipilihnya ia menjadi Gubernur Jakarta oleh Presiden Sukarno waktu itu.

“Ada yang ditakuti dari Ali Sadikin itu. Apa? Ali Sadikin itu orang yang keras. Dalam bahasa Belanda ada yang menyebutnya een koppige vent, koppig. Saya kira dalam hal mengurus Kota Jakarta Raya ini baik juga een beetje koppigheid (sedikit keras kepala),” kata Bung Karno dalam pelantikan Gubernur Ali Sadikin.

Ada beberapa kisah koppig-nya Gubernur Ali Sadikin. Ketika Bang Ali meninjau suatu proyek massal. Bang Ali terkejut melihat pembangunan proyek itu macet, lantaran kontraktor terlambat memasok semen. Bang Ali ‘pun segera mengecek permasalahannya. Ternyata direktur perusahaan itu melanggar kontrak. Harusnya dia mengirim semen langsung dari pabriknya, bukan dari grosir atau tangan ketiga.

Maka, Bang Ali minta agar direktur perusahaan pemasok semen itu dipanggil. Pada panggilan pertama dan kedua, direktur itu mangkir. Baru pada panggilan ketiga sang direktur hadir. Orangnya ternyata masih muda.

Bang Ali bertanya kenapa sampai terlambat. Ternyata jawabannya berbelit-belit dan tidak jelas. Bang Ali pun naik pitam. Plak! Dia menampar direktur itu. Tidak cukup sekali, Bang Ali menamparnya tiga kali. Plak! Plak! Plak!

“Saya marah sekali, saya tempeleng dia tiga kali. Barulah dia berjanji akan segera memenuhi kontraknya. Benar juga, pada hari berikutnya kiriman semen sudah masuk ke proyek,” kata Bang Ali.

Di antara kisah lainnya, Bang Ali pernah memerintahkan sopirnya mengejar truk yang ugal-ugalan. Dihentikannya itu truk, disuruhnya turun itu sopir, dan ditempelenglah itu sopir. Setelah itu baru dinasihati.

Bang Ali juga dikenal sangat membenci stafnya yang tak becus. Selama menjabat sebagai Gubernur Jakarta, Bang Ali tercatat memberhentikan sekitar 300 pegawai yang terbukti menyelewengkan atau menyalahgunakan kekuasaan dan jabatannya. Tapi tindakan ini sengaja dilakuan secara diam-diam. Tujuannya agar tidak meresahkan masyarakat.

Pernah suatu ketika, Bang Ali membaca berita mengenai ketidakberesan bawahannya. Dia ‘pun mengambil spidol merah, mencoret berita di koran itu dan berteriak. “Goblok, sontoloyo, panggil orangnya,” kata Bang Ali saat itu.

Namun, seperti disampaikan sendiri oleh Bang Ali, ia sebenarnya tak ingin keras. Hanya saja, ada saja alasan untuk marah dan keras untuk kebaikan rakyat. “Sifat saya yang paling jelek, cepat naik darah dan meledak-ledak. Sedangkan perasaan saya biasanya sangat halus dan peka, terhadap ketidakadilan. Pada dasarnya, saya tidak akan marah tanpa alasan. Kalau saya marah pun saya jelaskan kenapa saya marah, sehingga jarang yang dendam pada saya. Dendam itu tidak boleh,” ujarnya. (berbagai sumber)

Sejarahri.com
#lostinhistory

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

If not me

Jika bukan aku, Sama sekali tak masalah bagiku. Kan kau sudah dewasa, tentu kau yang paling tau apa yang terbaik untukmu. Aku hanyalah ops...